muslimheritage.com |
Adalah inovasi dalam masyarakat Muslim yang mengembangkan urutan aljabar; kompas magnet dan alat navigasi; keahlian dalam menggunakan pena dan percetakan; dan pemahaman mengenai penularan penyakit serta pengobatannya.
”Budaya Islam telah memberikan kita gerbang-gerbang yang megah dan puncak-puncak menara yang menjunjung tinggi; puisi-puisi yang tak lekang oleh waktu dan musik yang dihargai; kaligrafi yang anggun dan tempat-tempat untuk melakukan kontemplasi secara damai,” paparnya.
Pengakuan jujur Obama yang disampaikan dalam lawatannya ke Timur Tengah itu mengingatkan kembali kepada kita, khususnya masyarakat Barat, bahwa keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mereka capai tak lepas dari capaian yang telah ditorehkan umat Islam sebelumnya. Peradaban Islam mencapai zaman keemasannya saat para ilmuwan dan cendekiawan Muslim banyak menghasilkan karya-karya monumental, menulis rumus, menemukan teori, dan menciptakan temuan-temuan baru. Termasuk di antaranya di bidang kimia.
Para ilmuwan Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi industri yang penting bagi peradaban dunia. Mereka menghasilkan produk-produk dan temuan yang sangat dirasakan manfaatnya hingga kini. Sebut saja misalnya senyawa seperti asam sulfur, nitrat, nitrat silver, potasium, dan alkohol.
Mereka juga menemukan teknik-teknik kristalisasi, destilasi, dan sublimasi. Dengan teknik-teknik tersebut peradaban Islam mampu melahirkan industri-industri penting bagi umat manusia. Industri farmasi, kesehatan, makanan/minuman, tekstil, perminyakan, dan bahkan industri militer.
Masa keemasan Islam, abad 7-14 M, telah banyak melahirkan ilmuwan yang karya-karyanya sangat monumental. Mereka antara lain Jabir Ibnu Hayyan, Al-Biruni, Ibnu Sina, Ar-Razi, dan Al-Majriti. Jabir Ibnu Hayyan yang hidup pada tahun 721 hingga 815 telah memperkenalkan eksperimen (percobaan) kimia. ‘Bapak Kimia Modern’ ini, melalui serangkaian eksperimen yang telah dilakukannya di laboratorium, mencoba mengelaborasi zat-zat dan senyawa kimia. Eksperimen-eksperimen yang dilakukannya bersifat kuantitatif. Jabir Ibnu Hayyan adalah penemu proses-proses kimia seperti destilasi, kristalisasi, dan sublimasi.
Selain itu, ‘Geber’ –sebutan Barat untuk Jabir– juga menciptakan alat-alat atau instrumen pengkristal, pemotong, pelebur, serta menyempurnakan proses dasar sublimasi, kristalisasi, penguapan, pencairan, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Alembic, yaitu alat penyulingan yang terdiri dari dua tabung yang terhubung, ditemukan pertama kali oleh Jabir Ibnu Hayyan pada abad ke-8. Alat Ini merupakan alat penyulingan pertama di dunia, yang digunakan untuk memurnikan zat-zat kimia.
Jabir juga banyak menemukan zat-zat atau senyawa-senyawa penting dalam ilmu kimia seperti asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, dan asam klorida. Ia juga melakukan destilasi alkohol, membuat parfum, dan membuat kapur. Karena jasanya, teori oksidasi-reduksi dapat terungkap.
Sementara itu Abu Raihan Al-Biruni, ilmuwan Muslim yang hidup pada tahun 973 -1048 M, antara lain menciptakan Tabung Ukur, Botol Labu, dan Pycnometer. Tabung Ukur (Conical Measure) berfungsi untuk memudahkan penuangan cairan. Peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca berupa cangkir dan berbentuk kerucut dengan torehan di atasnya itu ditemukan pertama kali oleh Al-Biruni pada abad ke- 11.
Al-Biruni juga menciptakan Botol Labu (Laboratory Flask). Botol ini digunakan menampung cairan yang akan digunakan atau diuji di laboratorium. Botol yang terbuat dari kaca bening ini, juga digunakan untuk mengukur isi bahan kimia, mencampur, memanaskan, mendinginkan, menghancurkan, mengendapkan, dan mendidihkan (dalam penyulingan) zat-zat kimia. Selain itu, ia juga menemukan Pycnometer, yaitu alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur berat jenis atau volume cairan.
Dalam Kitab Al-Saydalah, Al-Biruni menjelaskan secara rinci pengetahuan tentang obat-obatan. Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya peran farmasi dan fungsinya dalam kehidupan manusia.
Sedangkan Ibnu Sina (980 M-1037 M), antara lain menciptakan Lingkar Pendingin (Refrigerated Coil) dan Termometer. Lingkar Pendingin merupakan alat yang berfungsi untuk memadatkan uap wangi. Dan Termometer merupakan alat untuk mengukur temperatur atau suhu. Dalam bukunya The Making of Humanity, Robert Briffault menjelaskan, Termometer ditemukan pertama kali oleh Ibnu Sina pada abad ke-11.
Muhammad Ibnu Zakariya Razi atau yang lebih dikenal dengan nama Ar Razi (lahir 866 M) antara lain membuat Alat Pengolah Obat-obatan, yaitu alat yang digunakan untuk mengolah obat-obatan, dan Alat untuk Melelehkan Bahan atau zat-zat kimia. Peralatan ini dijelaskan secara panjang lebar oleh Ar-Razi dalam Secretum Secretorumnya.
Ar-Razilah yang mampu membangun dan mengembangkan laboratorium kimia modern. Pada saat itu, ia menggunakan lebih dari 20 peralatan laboratorium pada saat itu. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. Karena itulah para ilmuwan dunia menyebut Ar-Razi sebagai ilmuwan pelopor yang menciptakan laboratorium modern. “Kontribusi Ar-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa besar,” kata Erick John Holmyard (1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Ar-Razi pula industri farmakologi muncul di dunia.
Ar-Razi mampu membuat klasifikasi zat alam yang sangat bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di alam menjadi tiga, yakni zat keduniawian, tumbuhan, dan zat binatang. Soda serta oksida timah merupakan hasil kreasinya.
Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak kalah populer adalah Al-Majriti (950 M-1007 M). Ilmuwan Muslim di era keemasan Andalusia (Spanyol) ini berhasil menulis buku kimia bertajuk Rutbat Al-Hakim. Dalam bukunya ia menjelaskan rumus dan tata cara pemurnian logam mulia.
Al-Majriti juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang membuktikan prinsip-prinsip kekekalan masa -yang delapan abad berikutnya dikembangkan kimiawan Barat bernama Lavoisier.
Tidak cuma menemukan zat-zat dan senyawa-senyawa seperti asam nitrat, asam klorida, dan alkohol, para kimiawan Muslim seperti Jabir Ibnu Hayyan, Al-Razi, Al-Biruni, dan Ibnu Sina, juga memperkenalkan dasar-dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian.
Kontribusi dan capaian ilmuwan Muslim di era keemasan Kekhalifahan Islam ini memberikan pengaruh besar bagi pengembangan ilmu kimia di era modern sekarang ini. Sejarah dunia mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaannya telah melakukan revolusi dalam bidang kimia.
Tidak mengherankan jika Will Durant, ilmuwan Jerman abad ke-18, dalam buku Story of Civilization IV, The Age of Faith, menyebutkan kemajuan ilmu kimia modern saat ini hampir-hampir sepenuhnya diciptakan dan dikembangkan oleh peradaban Islam. “Dalam bidang kimia, peradaban Yunani hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar. Sedangkan peradaban Islam telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, dan catatan atau dokumen yang begitu teliti,” papar Durant.
Begitulah, para kimiawan Muslim di era Kekhalifahan Islam telah melakukan revolusi luar biasa dalam ilmu kimia.